pada mata engkau kulihat girang
mengulum senyum, berwajah ceria
menutur senda, mempamer riang
walau di mata manakan sama dengan hati
saat gema suara itu memecah sunyi
memberi debar
hingga ghaib segala tenang pagi
kala itulah
hancur luluh sekeping hati
bimbang memikir
bagaimana bisa mengharung esok hari
bagaimana mampu mengharung segalanya lagi
tanpa bicaranya, tutur hikmahnya
titipan nasihatnya, doa kasihnya
dari lelaki tua yang bernama Abah ini
antara mata dan hati
akhirnya terpaksa kuakui
pada keduanya ada petanda
hatimu retak, menjadi serpih-serpih sufi
No comments:
Post a Comment