Friday, January 04, 2008

Cengkareng

Baru membaca pesanan seorang sahibah di Grogol. Sudah pandai 'lasso-lasso' sekarang. Hehe. Mabruk, sisters. Rindu benar pada kamu. =) [Owh, masih kuhafal dialog dengan supir taksi itu; "ke Grogol ya pak, lewat Tomang. Di Rumah Sakit Sumber Waras."]

Teringat kali pertama menjejak kaki ke Jakarta. Bagai dalam mimpi, Allah menghantarkan ke Jakarta. Segalanya dipermudah, dan musafir kali itu barangkali yang paling terkesan di hati. Masih diingat, sememangnya memasang niyat mencari iman di Jakarta. Kenapa? Kerana semua amal harus beserta niyat, remember? Jika sahabat yang ditarbiyah nabi bermusafir untuk hijrah demi menyelamatkan iman, mengapa tidak diambil semangat itu? Jadi, diri ini meniyatkan permusafiran kali itu adalah untuk mengumpul cebis-cebis iman yang terasa meruntuh.

Semasa ke sana, semua pengalaman yang dilalui terasa 'authentic'. Takkan mungkin terdapat di mana-mana. Bermula dari saat pertama menjejak kaki di *Bandara di Cengkareng, hinggalah pulang semula ke Bandara di Cengkareng, semuanya auhtentic.

Makan malam pertama kami di sana adalah di Kebon Sireh, gerai tepian jalan. Kami dihidangkan nasi goreng kambing! Masha-Allah, sangat sedap. Sambil makan, ada sekumpulan anak-anak kecil yang barangkali berusia 8-10 tahun datang menyanyikan lagu rakyat indonesia. Antara baitnya "Malingan besar-besar dilepaskan, orang-orang miskin dihukum". Authentic kan?

Selain tu, pengalaman yang lebih best apabila menginap di rumah sahabat2 di jakarta. Masha-Allah, suatu pengalaman yang di luar pemikiran kami. Tak tahulah apa perasaan waktu tu, tapi pastinya mereka adalah orang hebat, bermujahadah menempuh hidup di kota sesak jakarta! Keadaan rumah mereka sangat baik, tetapi suasana kawasan sekeliling begitu menuntut untuk mereka menjadi manusia yang punyai azam dan kekuatan mental yang tinggi. Hinggakan terlahir rasa kagum terhadap mereka kerana mampu terus di sana. Kepada adik-adik, moga Allah terus beri kekuatan kepada kamu.

Sekembalinya dari Jakarta, memang begitu kuat terasa perlu untuk menjaga iman agar tidak roboh. Pengalaman yang terlalu pelbagai yang ditempuh pastinya menjadi pembakar semangat mujahadah mengentalkan iman. Bila pulang, terasa diri seperti 'orang baru'. Hmm rindunya jakarta. Ada banyak cerita, tapi tak sempat nak tulis lagi. Nantilah sambung. Tinggal dulu ya. Kepada Jakarta, kangan ama kamu!

*Bandara-bandar udara/lapangan terbang

1 comment:

Anonymous said...

salam.... kak saufi, kami juga kangen sama kamu! best betul luahan hati kak saufi yg bertajuk Cengkareng tu... huhuhu~ semoga ukhuwah kita kekal smp bila2.. insyaAllah, keadaan kt sini akan menambahkan keimanan kami di sini.. -ain(salah sorg penghuni rumah sahabat kak saufi di Jakarta)